Masih dengan tema OJEK ONLINE seperti GOJEK. Kali ini saya akan membagikan sebuah review dari seorang blogger, di mana dia membandingkan pengalaman naik gojek, pengalaman naik grabbike, pengalaman lucu naik gojek, perbandingan antara gojek dan grabbike.
Oke langsung saja artikelnya
Pengalaman Menggunakan Gojek dan Grab Bike
June 26, 2015 by 8 Comments
Akhirnya aku mencoba keduanya, baik Gojek ataupun Grab Bike.
Dua aplikasi yang memudahkan kita untuk mencari tukang ojek di manapun
kita berada selama ada internet dan tentu saja ada tukang ojek yang
berafiliasi dengan aplikasi tersebut di daerah tempat kita berada. Rasa
penasaran ini muncul ketika beberapa waktu lalu aku naik taxi yang kebetulan bergabung dengan Grab Taxi. Sejak hari itu aku langsung mengunduh aplikasi Grab Taxi dan menanti waktu yang tepat untuk memakainya.
Pengalaman pertama memakai layanan aplikasi Gojek
Ternyata belum kesampaian pakai taxi dari Grab Taxi, aku keburu pakai
Gojek. Pasalnya waktu itu pulang acara bukber di Kota Kasablanka agak
galau mau pulang naik apa, naik taxi pasti lagi macet-macetnya, naik
angkot udah kekenyangan jadi agak males (halah >.<), minta jemput
supir kok ya nggak tega karena kebayang macetnya menuju rumah.
Untungnya aku diingatkan bahwa saat ini lagi ada promo 10.000 (Ceban
Ramadhan) untuk jarak sampai 25km, jadilah aku langsung mengunduh
aplikasi Gojek di HP dan memasukkan kode voucher dari teman yang
membuatku mendapatkan gratis Rp 50.000 dalam bentuk kredit di aplikasi
Gojek.
Setelah register di aplikasi dengan cara memasukkan nama & email,
aku pun kemudian mencoba pesan Gojek via HP. Ternyata prosesnya cepat
sekali, baru saja aku memesan langsung dapat tukang ojek yang siap
mengantarkan bahkan langsung ditelp olehnya untuk menentukan di mana
kita akan bertemu.
Ketika bertemu aku langsung terkesan, bukan karena jaket seragam
ataupun helmnya yang khas, tapi aku terkesan ketika sang ojek
memberikanku helm lengkap dengan maskernya.
“Dipakai maskernya ya mbak, biar tetap sehat” ujarnya dengan ramah.
“Ini gratis kok mbak, standarnya Gojek pasti selalu diberikan masker”
serunya lagi ketika dia melihatku hanya bengong saja melihatnya
menyodorkan masker.
Aku pun kemudian memakai masker & helm yang disodorkan tukang
ojek tersebut dan mulai naik Gojek. Baru sekian ratus meter tukang ojek
itu tiba-tiba berkata “Aduh mbak, maaf nih sepertinya motor saya bannya
kempes, padahal dari tadi nggak papa lho” (ehm ini maksudnya apa ya?
kempes gara-gara aku atau bagaimanaaaa? #sensi). “Trus bagaimana dong?”
tanya saya.
“Saya tuker motor dulu ya mbak, rumah saya di belakang Kokas kok”.
Jadilah saya diturunkan di sebuah warung kecil dan menanti tukang
ojeknya menukar motor. Cukup lama juga dia menukar motor sampai
tiba-tiba ada ojek melintas dan berkata “Ayo mbak! Maaf nunggu lama ya”.
Aku tak mengenalinya lagi karena sekarang dia tidak lagi memakai jaket
& helm Gojeknya. Ini betul tukang ojek yang tadi apa bukan? “Iya
mbak ini saya, Gojek yang tadi”
“Lho kenapa jaket dan helmnya ganti?” tanyaku
“Nggak ganti mbak, ini jaketnya saya balik aja biar aman” katanya sambil menunjukkan bagian dalam jaketnya yang ternyata memang berwarna hijau.
“Kenapa dibalik?” tanyaku penasaran.
“Udah naik dulu mbak, nanti ‘tak ceritain”
“Nggak ganti mbak, ini jaketnya saya balik aja biar aman” katanya sambil menunjukkan bagian dalam jaketnya yang ternyata memang berwarna hijau.
“Kenapa dibalik?” tanyaku penasaran.
“Udah naik dulu mbak, nanti ‘tak ceritain”
Dalam perjalanan menuju rumah, sang tukang ojek pun bercerita betapa
saat ini Gojek sedang banyak dibully tukang ojek lainnya. “Saat ini lagi
genting mbak. Beberapa waktu yang lalu ada yang dipukuli di UI, kemarin
katanya ada yang dipukuli di daerah Serpong dan tadi siang katanya ada
yang dipukuli lagi di daerah Pasar Festival”. Menurutnya banyak tukang
ojek yang tidak menyukai pertumbuhan ojek model Gojek. Padahal tidak
sulit persyaratan untuk menjadi seorang Gojek, hanya perlu menyerahkan
foto kopi KK, SIM & KTP serta memberikan tanda jaminan seperti
ijazah.
“Bahkan kami itu diberi modal lho oleh Gojek, dapat 2 jaket, 2 helm, 1
pak masker isi 50 yang bisa diisi ulang, HP yang bisa dicicil dengan
harga murah serta uang 100ribu untuk beli pulsa.”
Dari ceritanya, sejak bergabung dengan Gojek pendapatannya jauh
meningkat. Dalam 3 minggu saja dia sudah mengumpulkan kredit sebesar
1.8juta rupiah. Itu dijadikannya tabungan yang nantinya bisa diambilnya
via atm, sementara untuk kebutuhan sehari-hari dia masih mengandalkan
pendapatan dari pelanggan lamanya. Untukku sendiri pengalaman ini
menyenangkan karena bisa pulang naik ojek gratis, karena biayanya
mengambil dari free credit yang diberikan ketika memasukkan kode
voucher. Buat teman-teman yang mau coba bisa coba unduh aplikasi Gojek
dan masukkan kode voucher 543247104 untuk mendapatkan kredit Rp. 50.000
gratis! Asyik kan?
***
Pengalaman pertama memakai layanan aplikasi Grab Bike
Hari
ini, aku berencana untuk kembali memakai Gojek. Sayangnya entah kenapa
hari ini Gojek tidak bisa mengkalkulasi berapa rupiah yang dibutuhkan
untuk perjalananku sehingga bolak-balik pesananku time-out.
Akhirnya setelah beberapa kali gagal pesan aku memutuskan untuk
mencoba Grab Bike (salah satu pilihan dalam aplikasi Grab Taxi).
Ternyata bulan ini Grab Bike juga sedang ada promo hanya 5000 (Promo
Goceng Go Anywhere) untuk seluruh Jakarta. Coba pesan, eeeh ternyata
langsung dapat tukang ojek yang bersedia. Prosesnya pun semudah Gojek
waktu itu.
Hanya saja ketika tukang ojek Grab Bike datang aku nggak terlalu
ngeh, soalnya mirip banget sekilas dengan seragamnya Gojek. Baru setelah
ada notifikasi di HP kalau tukang ojek sudah sampai dan ada telp masuk,
aku lihat yang telpon yaaa tukang ojek yang tadinya aku sangka dari
Gojek.
Kenapa ya seragamnya harus mirip? Kenapa gak bikin brand warna lain gitu?
Perjalanan pulang dengan Grab Bike ini pun berjalan lancar. Dalam
percakapan sepanjang perjalanan aku pun mendapatkan informasi kalau
proses pendaftaran menjadi seorang Grab Bike juga semudah menjadi Gojek,
hanya bedanya kalau di Grab Bike ada deposit 100ribu untuk pertama kali
dan tidak ada fasilitas masker.
Menurut sang tukang ojek, sejak bergabung Grab Bike dia seakan tidak
pernah kehabisan pelanggan. “Pokoknya benar-benar cari duit sekuatnya,
sesehatnya, mau jam berapa aja pasti ada sewa”. Dia juga menceritakan
kalau dalam 1 bulan ini saja pendapatannya rata-rata 1,5 – 2 juta
perminggu. “Pokoknya alhamdulillah banget deh mbak. Terima kasih sama
Grab Bike. Cari duit jadi gampang banget”.
***
Review Gojek dan Grab Bike
Aku pribadi senang dengan adanya aplikasi Gojek dan Grab Bike ini.
Walau sebenarnya aku masih bingung dengan perkiraan biaya di antara
keduanya. Bayangkan, masa biaya dari Kota Kasablanka ke rumahku di
Cipinang dihitung Rp. 23,200 (lebih murah dari kalau naik ojek
reguler yang suka ngetem dekat rumahku). Tapi kok biaya dari Asem Baris
(Tebet) ke Cipinang Rp. 43.000 padahal secara lokasi lebih deket Asem
Baris ke rumahku daripada dari Kota Kasablanka ke rumahku.
Kalau sekarang kan masih sama-sama promo niiih, jadi kemungkinan
besar aku akan memanfaatkan kedua aplikasi ini kalau sedang butuh ojek.
Tinggal mana aplikasi yang jalan pada saat aku ingin pesan Gojek atau
Grab Bike. Tapiii setelah masa promo, mari kita lihat hitungannya yaah…
kalau ternyata masih lebih murah ojek reguler yaa aku sebagai user pasti
akan tetap pilih ojek reguler
0 komentar:
Posting Komentar